Iklan Semua Halaman

 


{{ date }}
{{ time }}
PERUSAHAAN PERS
PT. PANDLYTRA TAMA MANDIRI

DPP PROJAMIN Mengucapkan Selamat Dan Sukses Atas Keberhasilan Panji Gumilang Membangun Galangan Kapal AL Zaytun Dan akan Lepas Ke Laut Lepas Dalam Minggu ini.


Tombak Publik.
DPP PROJAMIN yang di ketuai Ambroncius I.M Nababan mengucapakan" Selamat Dan Sukses atas keberhasilan Panji Gumilang Dalam Membangun Galangan Kapal AL Zaytun Dan Telah Siap untuk diluncurkan Kelaut Lepas dalam pekan ini"

Disela sela kesibukannya Ambroncius menyempatkan berkunjung ke yayasan Al Zaytun bersama rombongan.Ketua umum Projamin  mengatakan " Semoga Dengan berlabuhnya Kapal AL Zaytun ini  untuk mengarungi Samudera biru dapat mensejahterakan dan mensukseskan Program Blue Economy Al Zaytun dalam sumbangsihnya memajukan Maritim dan Nelayan di Indramayu untuk Indonesia Maju"ungkapnya.
Dimana dalam Minggu ini bakal menjadi hari-hari bersejarah bagi Mahad Al Zaytun Indramayu, sekaligus menandai masuknya era blue economy.

Di tengah polemik, kasus hukum yang mendera hingga beragam persoalan, 2 kapal mereka bakal diluncurkan ke lautan lepas.

Yang pertama adalah Kapal Gunung Surowidi dengan perizinan atas nama Syekh Panji Gumilang. Dan yang kedua adalah Gunung Pulosari dengan dokumen perizinan atas nama istri dari Syekh Al Zaytun.

Keduanya adalah kapal penangkap ikan dengan bobot 300 dan 600 gross ton yang akan beroperasi hingga ke lautan di Indonesia timur.
Peluncuran kedua kapal tersebut seolah menyambut kapal ketiga yakni Kanjeng Ratu Kalinyamat yang akan dibangun di galangan kapal PT Pelabuhan Samudra Biru Mangun Kencana.

Berbeda dengan 2 pendahulunya, kapal ketiga akan difungsikan sebagai pengangkutan penumpang dan logistik.

Perizinan kapal ketiga tersebut, perizinannya adalah atas nama ketua yayasan. Bahkan bahan bakunya sudah siap digunakan yakni kayu ulin dari kalimantan.

Syekh Panji Gumilang mengungkapkan, material kayu ulin atau kayu besi tersebut didatangkan dari Kalimantan.

Sedangkan modal pembangunan kapal tersebut berasal dari kayu jati di hutan Al Zaytun yang dijual dan hasilnya dipakai untuk membeli kayu ulin.

Setelah kedua kapal tangkap ikan itu meluncur ke lautan, Syekh Panji Gumilang menyatakan, kapal ketiga bobotnya jauh lebih besar yakni  2.200 gross ton.

Produksi kapal ketiga juga dilakukan oleh PT Pelabuhan Samudra Biru Mangun Kencana yang berlokasi di Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu.

Ditambahkan Syekh Panji Gumilang, polemik yang sedang terjadi juga klarifikasi dari Bareskrim Polri tidak mempengaruhi jalannya pendidikan di Al Zaytun dan proyek non pendidikan.

"Di samping bergerak menjalankan program seperti kelautan. Kalau pertanian green economy, kelautan blue economy," katanya.

Menurut Panji Gumilang, bicara ekonomi kelautan, sekarang ini tidak bisa lagi berorientasi pada pesisir. Tetapi harus ke area yang lebih luas.

"Jadi bukan perahu itu (kecil) yang kita persiapkan. Namun ingin mengembangkan satu kekuatan laut Indonesia. Seperti halnya tatkala dahulu sebelum dijajah Belanda," jelasnya.

Sebelum era penjajahan belanda, kata syekh, Indonesia memiliki kekuatan maritim yang demikian kuat. Kejayaan itulah yang harusnya dikembalikan.

"Kita punya kekuatan maritim luar biasa. Kita ingin kembalikan. Apa yang dilakukan lewat blue economy ini, sejalan dengan program negara," tagasnya.

Berkaitan dengan polemik yang ada termasuk masalah perizinan, Syekh Al Zaytun menegaskan bahwa pembuatan kapal berjalan terus.

"Yang pertama 200 gross ton dan kedua 600 gross ton. Ketiga yang sedang proses 2.200 gross ton," tandasnya.
Diungkapkan dia, blue economy ini harus dijalankan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Misalnya dengan menggunakan kapal-kapal besar yang mampu menjelajah ke lautan dalam nusantara.
 
"Kita punya kekuatan maritim luar biasa. Kita ingin kembalikan. Apa yang dilakukan lewat blue economy ini, sejalan dengan program negara," tagasnya.

Berkaitan dengan polemik yang ada termasuk masalah perizinan, Syekh Al Zaytun menegaskan bahwa pembuatan kapal berjalan terus.

"Ini harus ditekuni dengan baik, karena akan masuk dalam pelayaran pada garis ZEE. Bahkan harus melewati," ungkapnya.

Dipastikan syekh bahwa persoalan yang sekarang sedang terjadi, tidak ada pengaruhnya untuk Mahad Al Zaytun dalam menjalankan pendidikan, maupun proyek non pendidikan.

"Untuk situasi seperti sekarang ini, tidak ada pengaruh perjalanan program tersebut. Beberapa hari yang akan datang, kapal 1 dan 2 turun ke laut dan akan inreyen untuk menguji gerakan apa, getaran yang mengganggu dan lain-lain. Sampai semuanya bisa melaut dengan baik," bebernya.

Tidak hanya itu, syekh juga menyampaikan, pekerjaan terus berjalan karena perizinan lengkap. Adapun masalah penyegelan berkaitan dengan izin mendirikan bangunan (IMB).

Nah perizinan di pemerintah daerah tersebut sudah ditempuh dan tinggal menunggu saja untuk keluar.

"Perizinan untuk laut sudah selesai. Untuk kapal ketiga baru kita siapkan galangan, karena ukurannya agak lebih besar. Lebih daripada 100 meter. Kita punya tempat," katanya.

Disampaikan syekh, galangan Al Zaytun tersebut memiliki panjang 150 meter. Ini semua disiapkan supaya pengerjaan kapal kayu lebih cepat dan aman.

"Para pekerjanya terlindungi dan dilengkapi peralatan yang menunjang. Termasuk untuk mengangkat kayu-kayu yang berat," tandasnya.
(Red)